TAUHIDULLAH SEBAGAI LANDASAN
Definisi Tauhidullah
Perlu kita ketahui terlebih dahulu
arti tauhid itu sendiri adalah tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tawhidan,
yang arti harfiyahnya menyatukan, meng-Esakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu
satu.Adapun yang dimaksud dengan makna harfiyah tersebut adalah meng-Esakan
atau mengakui dan menyakini akan ke-Esaan Allah SWT. Lawan dari tauhid adalah
syirik, yaitu menyekutukan atau membuat tandingan kepada Allah SWT. Dengan
demikian tauhid adalah mengakui dan menyakini ke-Esaan Allah SWT, dengan
membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan. Maka
bertauhid kepada Allah (tauhidullah) adalah hanya mengakui hukum Allah
SWT yang memiliki kebenaran mutlak, dan hanya peraturan Allah SWT yang mengikat
manusia secara mutlak.
Dengan demikian, tauhid adalah esensi aqidah
dan iman dalam Islam. Tauhid merupakan landasan utama dan pertama keyakinan
Islam dan implementasi ajaran-ajarannya. Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada
aqidah dan tidak ada Islam dalam arti yang sebenarnya.
Dalam pengucapan kalimat tauhid tersebut tidak
sembarangan dalam pengucapannya, harus dengan syarat-syarat. Tanpa
syarat-syarat tersebut maka kalimat tauhid yang diucapakan tidak akan berarti.
Syarat-syarat tersebut adalah:
Pertama Al-‘Ilm,lawan dari al-jahl (kebodohan).
Artinya memahami makna dan maksud kalimat tauhid. Dalam firman Allah SWT:
Artinya: “akan tetapi (orang yang
dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka
meyakini(nya)”. (Qs. Al-Zukhruf: 86).
Kedua Al-Yaqin,lawan
dari al-syak (keraguan).
Seorang yang mengikrarkan tauhid harus meyakini kandungan kalimat tersebut.
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang
benar. (Qs. Al-Hujurot: 15).
Ketiga Al-Qabul (menerima),lawan
dari al-rodd (penolakan).Yaitu menerima kandungan konsekuensi
dari syahadat tauhid yang diucapkan, hanya menyembah Allah SWT semata.
Artinya: “Sesungguhnya mereka dahulu
apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan
yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka
berkata: "Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami Karena seorang penyair gila?". (Qs. Ash-Shoffat:
35-36).
Keempat
Al-Inqiyad (patuh), lawan
dari al-tark (meninggalkan). Merupakan tunduk dan patuh kepada
makna dan kandungan la ilaha illa Allah, yang berarti memusat
ketundukan dan kepatuhan hanya kepada Allah SWT.
Artinya: “Dan barangsiapa yang
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, Maka
Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan Hanya kepada
Allah-lah kesudahan segala urusan”. (Qs. Luqman: 22).
Kelima
Al-Ikhlas (bersih), lawan
dari syirk dalam amal. Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirk,
dengan jalan membersihkan niat semata lillah, bebas dari sum’ah dan riya’ atau
sebab-sebab keduniaan lainnya. Rasulullah bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya
Allah mengharamkan kepada neraka (untuk membakar) orang-orang yang mengucapkan
“la ilaha illa Allah”, karena semata mengharap ridho Allah”. (HR.
Bukhori-Muslim).
Keenam
Al-Shidqu (jujur), lawan dari al-kidzbu (dusta).
Yaitu orang yang mengucapkan kalimat tauhid dan hatinya membenarkannya.
Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah
munafik dan pendusta agama.
Artinya: “Di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,pada hal mereka
itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit,lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta”. (Qs. Al-Baqoroh: 8-10)
Ketujuh
Mahabbah (kecintaan),
lawan dari baghdla’ (kebencian). Yaitu cinta kepada
mengucapkan kalimat tersebut dan mencintai isi kandungannya, serta mencintai
orang-orang yang mengamalkan dan konsekwensi terdapat kandungan kalimat tauhid.
Makna Tauhidullah Sebagai
Landasan Pandangan Dunia Islam
Diantara syarat
diterimanya amal adalah iman dan Islam, sedangkan pintu masuk Islam adalah syahadatain,
dan syahadatain adalah tauhid itu sendiri sehingga dapat kita katakan
bahwa tauhidullah itu amat penting bagi semua manusia.
Jika tauhidullah menjadi pandangan hidup kaum muslimin, maka
pada diri seorang muslim akan lahir sikap:
Pertama
Ibarat seperti orang
buta di dunia ini, ia tidak tahu mengapa ia diciptakan, atau apa hikmah
diciptakannya di muka bumi ini. Dalam firman Allah SWT: Artinya:“Maka apakah orang yang berjalan
terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang
yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”. (Qs. Al-Mulk: 22).
Kedua
Menjadikan hati
manusia bersatu karena iman, sehingga mereka saling mencintai karena Allah SWT.
Dalam firmannya:
Artinya: “Orang-orang beriman itu
Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Qs.
Al-Hujuraat: 10).
Ketiga
Jika semangat tauhidullah dan
iman telah menyebar di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan amal shalih
yang diridhai Allah sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan mendatangkan
pertolongan Allah. Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah
orang-orang lemah dan miskin, kemudian mereka beriman dan beramal shalih
sehingga Allah membuka pintu-pintu keagungan dunia kepada mereka. Dan Allah
cukupkan bagi mereka karunia-Nya.
Berangkat dari kesemuanya itu, maka seorang
Muslim yang memiliki pandangan hidup Islam, dan yakin akan kehidupan akhirat,
dia akan tenang setiap kali menerima ujian dari Allah SWT. Dia yakin, bahwa
hidup didunia adalah sementara dan semuanya akan dipertagungjawabkan kepada
Allah SWT di akhirat nanti.
Seorang Muslim yang memiliki pandangan dunia
Islam yang berlandaskanTauhid, maka dia akan yakin bahwa hanya Islamlah
agama yang diterima Allah SWT. Maka dalam firmannya disebutkan:
Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama
yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa
yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan". (Qs.
Ali ‘Imron: 83).
No comments:
Post a Comment